Resistor memiliki dua terminal adalah komponen elektronika pasif yang mempunyai kemampuan membatasi arus yang mengalirinya. Resistor terbuat dari bahan karbon (arang) atau keramik. Setiap resistor yang dialiri arus akan membuat tegangan jatuh antara dua kutub terminal sehingga dapat diaplikasikan sebagai pembagi tegangan.
Hukum Ohm
Prinsip kerja resistor menganut hukum Ohm dimana nilai resistansi pada resistor selalu memiliki angka yang berbading terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya.
I = V / R atau V = I * R atau R = V / I
Jenis dan Simbol Resistor
Resistor terbagi menjadi dua jenis utama yakni
- Fixed resistor, resistor yang memiliki nilai tidak berubah (tetap)
- Variable resistor, resistor yang nilainya dapat berubah sesuai dengan jangkah yang dimilikinya. Contoh potensiometer 50KOhm memiliki knod yang dapat diputar, maka perubahan nilai resistansinya mulai dari nol hingga 50KOhm.
Dalam menggambar (desain) rangkaian elektronika, reistor meiliki simbol yang wajib kamu kenali.
Kamu bebas menggunakan simbol resistor namun disarankan gunakan secara konsisten. Menggunakan model gerigi atau kotak.
Kapasitas Disipasi Daya Resistor
Setiap resistor memiliki nilai resistansi (Ohm) dan kapasitas disipasi daya (watt). Kapasitas disipasi daya atau Resistor Dissipation Capacity merupakan kemampuan resistor untuk menahan arus yang mengalir dengan mengubahnya menjadi energi panas. Karena kapasitar disipasi daya menentukan harga dan dimensi resistor. Untuk itu perlu diketahui besaran arus I yang mengaliri resistor R sebelum menentukan kapasitas daya sebuah resistor.
Cara sederhana menentukannya adalah P(Watt) = I * I * R .
Umumnya dipasaran tersedia ukuran resistor dengan kapasitas daya sebagai berikut:
- 1/8 watt (carbon)
- 1/4 watt
- 1/2 watt
- 1 watt
- 3 watt (keramic)
- 5 watt
- 10 watt
- 20 watt
Penemtuan kemampuan disipasi resistor harus dihitung secara cermat dalam desain, alih-alih dapat memnyebabkan umur rangkaian elektronik menjadi lebih pendek.
Nilai toleransi Resistor
Resistor memiliki nilai toleransi (dalam %) sesuai dengan bahan yang digunakannya. Semakin besar nilai toleransi sebuah resistor, maka akurasi nilai resistor semakin rendah. Jadi sangat sulit mendapatkan nilai sejumlah resistor yang sama, disamping faktor temperatur dan kelembaban juga menjadi faktor yang dapat merubah-ubah nilai sebuah resistor. Faktor produsen resistor juga membuat karakteristik perubahan nilai resistor terhadap toleransi tidak seragam.
Dipasaran tersedia beberapa ukuran resistor dengan toleransi sebagai berikut
Semakin rendah suata nilai toleransi resistor maka semakin mahalnya harganya.
Nilai Resistansi Resistor
Ini point yang paling penting untuk resistor. Setiap produsen resistor mengikuti aturan kode penamaan dalam melabelkan suatu nilai resistansi dari suatu resistor sehingga memudahkan pembaccan oleh pengguna. Kode yang disepakati secara internasional adalah penomoran berdasarkan warna dan juga kode angka tertentu.
Umumnya resistor dengan kapasitas daya rendah <2 watt menganut kode warna 4 gelang dan 5 gelang.
Resistor dengan kode warna 4 gelang
Resistor dengan kode waarna 5 gelang
Sedangkan resistor yang memiliki kemampuan arus besar menggunakan kode angka. Ini bisa saja karena resistor ini memiliki dimensi yang cukup untuk ditulisi.
Rangkaian Resistor
Rangkaian resistor dapat bekerja hanya menambahkan dengan sumber tegangan (baterai).
maka arus I yang mengalir, I = 9 / 100 = 0,09A = 90 mA
Rangkaian Seri
Rangkaian dibawah memperlihatkan jumlah resistor yang dirangkai secara seri. Rangkaian seri mensyaratkan minimal terdiri atas dua resistor yang tersusun seri. Besar arus yang mengalir pada masing-masing resistor adalah sama dan tegangan pada masing-masing resistor berbeda.
Besar nilai resistasi ekivalen adalah
Req = R1 + R2 + ... + Rn (Ohm)
Contoh diatas memberikan data
- R1 = 100 Ohm
- R2 = 150 ohm
- R3 = 200 Ohm
- V = 9 Volt
Maka Req = 100 + 150 + 200 = 350 Ohm dan I = 9 /350 = 0.026 A atau 26 mA
Rangkaian Paralel
Rangkaian paralel resistor mensyaratkan minimal dua buah resistor yang tersusun secara paralel seperti gambar dibawah. Besar tegangan pada masing-masing resistor adalah sama, kebalikan arus yang mengalir pada masing-masing resistor berbeda.
Besar nilai resistansi ekivalen adalah
1/Req = 1/R1 + 1/R2 + ... + !/Rn (Ohm)
Contoh berhitung rangkaian diatas memberikan data
- R1 = 100 Ohm
- R2 = 150 ohm
- R3 = 200 Ohm
- V = 9 Volt
Maka besar Req = 1/ (1/100)+(1/150)+(1/200) = 46.15 Ohm.
Rangkaian Kombinasi
Rangkaian ini merupakan gabungan antara rangkaian seri dan rangkaian paralel.
Rangkaian LED
Aplikasi resistor digunakan membatasi arus yang mengalir suatu LED. Misal sebuah LED bulat ukuran 5mm umumnya memiliki ratiang arus 20mA. Jadi jika arus lebih besar dari 20mA menyebabkan LED putus. Rangkain LED bisa kamu lihat dibawah.
Kamu juga harus mengetahui teganga jatuh (drop voltage) LED, Umumnya tegangan jatuh LED berdasarkan warna cahaya yang dipancarakn. Sebut saja data Vled = 2Volt, maka tegangan pada resistor R1 adalah 9V - 2V = 7Volt.
Data yang terkumpul menjadi
- Iled = 20mA = 0.02A
- VR1 = 7 Volt
R1 = 7 / 0.02 = 350 Ohm (lihat hukum Ohm diatas)
Sampai disini, ada yang mau tanya? Silahkan berkomentar :)